Benarkah Perempuan Lebih Sensitif dan Emosional Daripada Laki-laki? Fakta atau Opini?

Kalau sudah membahas masalah perasaan, jenis kelamin menjadi salah satu faktor yang memberikan perbedaan respon. Selama ini yang kita tahu, laki-laki cenderung rasional dan berkepala dingin dalam menghadapi permasalan. Sementara perempuan cenderung simpatis terhadap keadaan buruk atau menyedihkan yang dialami orang lain.

Perempuan Lebih Sensitif dan Emosional Daripada Laki-laki | arum.me
Benarkah Perempuan Lebih Sensitif dan Emosional Daripada Laki-laki?

Benarkah Perempuan Lebih Sensitif dan Emosional Daripada Laki-laki?

Emosi Negatif

Perempuan lebih bisa mengenali dan memproses emosi negatif daripada laki-laki. Selain itu, perempuan cenderung lebih mengekspresikan emosi negatif daripada laki-laki, dan mereka akan mengatasi emosinya dengan berpikir secara kognitif (memahami, menganalisa, mengevaluasi, dan mengembangkan rasionalisme) dan mencari dukungan emosional dari orang lain.

Menurut sebuah penelitian yang dilakukan pada tahun 2006 oleh Hampton dan rekan, perempuan lebih sensitif terhadap emosi orang lain karena memiliki kebutuhan psikologis untuk “terikat” dengan orang tertentu. Dibanding dengan laki-laki, perempuan juga lebih responsif terhadap emosi negatif karena mereka perlu merespon perasaan “terancam” tersebut sehingga mereka dapat menerima dan membiasakan diri dengan “ancaman”.

Penelitian Fungsi Otak Terhadap “Perasaan”

Sebuah penelitian terbaru yang dipublikasikan di Psychoneuroendocrinology dan dilakukan oleh para peneliti dari Institut Universitaire en Santé Mentale de Montréal dan University of Montreal menemukan bahwa semua hal tersebut di atas dikarenakan adanya perbedaan pada fungsi otak yang menyebabkan perbedaan respon antara laki-laki dan perempuan.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mengapa wanita (terdata) dua kali lipat lebih banyak mengalami penyakit mental dibanding laki-laki, seperti depresi dan kecemasan. Hal ini karena perempuan memiliki reaksi emosional lebih besar dibanding laki-laki.

Reaksi perempuan dan laki-laki terhadap stimulus emosi berbeda. Saat mereka ditunjukan sebuah gambar negatif, sistem limbik (pusat ingatan dan emosi) di otak mereka merespon dengan cara yang berbeda pula.

Dalam penelitian ini, peneliti merekrut 46 pastisipan (25 perempuan dan 21 laki-laki) dari berbagai usia, latar belakang pendidikan, status pernikahan, etnis, dan status sosial ekonomi. Setiap partisipan menggunakan scanner otak fMRI sambil ditunjukan beberapa gambar negatif, positif, maupun netral. Hasilnya, perempuan lebih reaktif terhadap gambar yang emosional.

Pengaruh Hormon

Hasil lainnya menunjukkan bahwa kadar hormon testosteron dan estrogen dalam tubuh juga mempengaruhi kepekaan atau sensitifitas seseorang. Semakin tinggi kadar testosteron, semakin rendah sensifitas perasaan, dan semakin tinggi kadar estrogen, semakin tinggi pula sensifitas perasaan mereka, terlepas dari mereka perempuan atau laki-laki.

Dari hasil scan otak fMRI, ditemukan bahwa dorsomedial prefrontal cortex (dmPFC) dan amigdala pada otak kanan menjadi aktif saat ditunjukkan gambar-gambar tersebut. Semakin kuat hubungan kedua bagian otak ini, semakin rendah sensitifitas perasaan seseorang terhadap stimulus emosi, dan koneksi tersebut lebih kuat pada otak partisipan laki-laki daripada perempuan.

Amigdala dan DmPFC

Peneliti menjelaskan bahwa reaksi amigdala dan dmPFC sangat memengaruhi seseorang dalam memproses emosi. Amigdala berfungsi untuk mendeteksi rasa takut dan mempersiapkan diri untuk kejadian darurat. Sementara, dmPFC merespon interaksi sosial, mengelola persepsi, emosi, dan nalar.

Kuatnya hubungan kedua bagian pada otak laki-laki membuat mereka merespon emosi negatif secara analitis, bukannya emosional. Hubungan ini juga membuat laki-laki “pasif” terhadap stimulus emosi karena mereka akan menganalisa stimulus dan pengaruhnya. Adanya hormon testosteron dalam tubuh juga semakin memperkuat koneksi kedua bagian otak tersebut.

Pada penelitian lain yang dilakukan kepada 696 partisipan dengan menggunakan fMRI, ditemukan bahwa area motorik pada otak yang berfungsi untuk merencanakan dan mengendalikan, bekerja lebih aktif pada perempuan. Selain itu, kemampuan ini membuat perempuan lebih mampu membuat memori akan gambar yang ditunjukkan, atau bisa dibilang, ada rasa yang masih tertinggal walaupun ia tidak lagi melihat gambar.

Jadi, adalah hal yang wajar jika perempuan lebih sensitif. Sensitifitasnya sudah ada sejak lahir sampai ke otak dan hampir di semua komponen tubuhnya. Berbeda dengan laki-laki yang “dianugerahi” testosteron yang membuatnya bisa cuek dengan sesuatu. Hal yang “biasa aja” bagi laki-laki bisa terasa “nggak biasa” atau “luar biasa” bagi perempuan.

Author: Arum Kinasih

"this too, shall pass"

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *